A. Pengertian Pendidikan Agama  Islam 
Sebelum membicarakan pengertian  Pendidikan  Agama Islam, maka perlu  Pendidikan Agama kiranya diketahui    pengertian Pendidikan secara umum sebagai titik tolak memberikan   pengertian Islam.
Menurut Drs.  Abu Ahmadi dalam bukunya  Sejarah Pendidikan, disebutkan bahwa  ”Pendidikan adalah semua kegiatan  orang dewasa yang mempunyai nilai  paedagogis bagi anak.”.
Sedangkan  menurut Drs. M. Ngalim  Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis  dan Praktis, disebutkan  bahwa” Pendidikan ialah  segala usaha orang  dewasa dalam pergaulan  dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan  jasmani dan rohaninya ke  arah kedewasaan.”
Jadi pada dasarnya pendidikan dalam  pengertian tersebut di  atas, adalah terjadinya pergaulan antara orang  dewasa dengan anak-anak.  Pergaulan yang di maksud adalah pergaulan yang  dapat menolong anak  menjadi orang yang kelak dapat dan sanggup memenuhi  tugas hidupnya atas  tanggung jawab sendiri.
Dalam  buku Pengantar Ilmu Pendidikan,  disebutkan bahwa “Pendidikan ialah  bantuan yang diberikan dengan sengaja  kepada anak dalam pertumbuhan  jasmani maupun rohaninya untuk mencapai  tingkat dewasa.”  Di sini yang  menonjolkan adalah pemberian bantuan  secara sengaja atau secara sadar  kepada anak dengan tujuan agar anak  tersebut dapat mencapai tingkat  kedewasaannya.
Jika pendidikan itu ditinjau dari sudut  hakekatnya, maka  dapat dikatakan bahwa:
Hakekat  pendidikan adalah usaha  orang dewasa secara sadar untuk     membimbing  dan mengembangkan  kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik  dalam bentuk  pendidikan formil dan nonformil.” 
Dengan demikian dari keseluruhan   pengertian Pendidikan di atas, dapat di simpulkan bahwa pendidikan pada   hakekatnya adalah ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah   manusia supaya berkembang sampai pada taraf insan rabbani.
B. Fungsi Pendidikan Agama Islam
B. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Seperti diketahui bahwa pembinaan mental   anak didik tidaklah dimulai dari sekolah, akan tetapi dimulai dari   rumah (keluarga), sejak si anak dilahirkan ke titik maksimal yang dapat   sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan dunia, mulailah ia menerima   didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan. Mula-mula ibu bapaknya,   kemudian dari anggota keluarga yang lain (saudara) dan kemudian dari   lingkungan masyarakatnya.
Hal  demikian memberikan warna dan  mempengaruhi dasar-dasar pembentukan  kepribadiannya. Pembinaan,  pertumbuhan mental dan kepribadiannya itu  kemudian akan ditambah dan  disempurnakan oleh sekolah. Orang tua  seharusnya memberikan pendidikan  agama pada anak-anaknya sejak kecil,  bahkan sejak masih dalam kandungan,  sebab disadari atau tidak, hal ini  akan mempengaruhi proses pertumbuhan  dan perkembangan anak setelah  lahir terutama pada perkembangan dan  pertumbuhan aspek kejiwaannya.
DR. Zakiah Daradjat dalam bukunya   “Kesehatan Mental” mengemukakan tentang pentingnya fungsi pendidikan   Islam baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Beliau mengatakan bahwa:
Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri.
Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri.
Aspek pertama dari  pendidikan Islam  adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan  kepribadian. Artinya  bahwa melalui pendidikan agama Islam ini anak  didik diberikan keyakinan  tentang adanya Allah swt.
Aspek kedua dari pendidikan Agama Islam   adalah yang  ditujukan kepada aspek pikiran (intelektualitas), yaitu   pengajaran Agama Islam itu sendiri. Artinya, bahwa kepercayaan kepada   Allah swt, beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi,   makna yang dikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajaran-Nya) tidak   dimengerti dan dipahami secara benar. Di sini anak didik tidak hanya   sekedar diinformasikan tentang perintah dan larangan, akan tetapi justru   pada pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana beserta argumentasinya yang   dapat diyakini dan diterima oleh akal.
Fungsi pendidikan Agama Islam di sini  dapat menjadi inspirasi  dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi  bentuk moral yang  mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan  hidupnya serta menjadi  obat anti penyakit gangguan jiwa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa  fungsi pendidikan  Agama Islam adalah:
1. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah swt, pencipta semesta alam beserta seluruh isinya; biasanya dimulai dengan menuntunnya mengucapkan la ilaha illallah.
2. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang (hukum halal dan haram).
3. Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut hablumminallah maupun ibadah yang menyangkut hablumminannas.
4. Mendidik anak didik agar mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta membaca al-Qur’an.
5. Mendidk anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.
1. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah swt, pencipta semesta alam beserta seluruh isinya; biasanya dimulai dengan menuntunnya mengucapkan la ilaha illallah.
2. Memperkenalkan kepada anak didik apa dan mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang (hukum halal dan haram).
3. Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah yang menyangkut hablumminallah maupun ibadah yang menyangkut hablumminannas.
4. Mendidik anak didik agar mencintai Rasulullah saw, mencintai ahlu baitnya dan cinta membaca al-Qur’an.
5. Mendidk anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak merusak lingkungannya.
Dari  uraian tersebut di atas, maka  penulis dapat menyimpulkan bahwa  pendidikan Agama Islam adalah sebuah  proses yang dilakukan untuk  menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya,  beriman dan bertaqwa kepada  Tuhan Yang Maha Esa serta mampu mewujudkan  eksistensinya sebagai  khalifah Allah di muka bumi yang berdasarkan  kepada ajaran al-Qur’an  dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini  berarti terciptanya  insan-insan kamil setelah proses pendidikan  berakhir.
C. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Kalau dilihat kembali pengertian   pendidikan Islam , maka terdapat sesuatu yang diharapkan dapat terwujud   ketika seseorang telah mengalami sebuah proses pendidikan  Islam, yaitu   manusia yang utuh baik jasmani maupun rohani,  sehingga dapat hidup   berkembang secara wajar dan normal karena didasari oleh ketakwaannya   kepada Allah SWT.
Tujuan  pendidikan merupakan suatu  kondisi yang menjadi target penyampaian  pengetahuan. Tujuan ini  merupakan acuan dan panduan untuk seluruh  kegiatan yang terdapat dalam  seluruh system pendidikan. Tujuan  pendidikan Islam adalah untuk  mempersiapkan anak didik atau individu  dan menumbuhkan segenap potensi  yang ada, baik jasmani maupun rohani  agar dapat hidup dan berpenghidupan  sempurna, sehingga ia dapat menjadi  anggota masyarakat yang berguna  bagi dirinya dan umatnya.
Dengan demikian dapat dilihat bagaimana   tujuan pendidikan Islam yang dirumuskan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya,   seperti yang dikutip oleh Zainuddin, dkk, yaitu:
1. Mempelajari ilmu pengetahuan   semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu       saja.
Al-Ghazali dalam bukunya, seperti dikutip oleh Zainuddin, dkk, mengatakan bahwa:
Apabila engkau mengadakan penelitian atau penalaran terhadap ilmu pengetahuan, maka engkau akan melihat kelezatan padanya, oleh karena itu tujuan mempelajari ilmu pengetahuan adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri.
Al-Ghazali dalam bukunya, seperti dikutip oleh Zainuddin, dkk, mengatakan bahwa:
Apabila engkau mengadakan penelitian atau penalaran terhadap ilmu pengetahuan, maka engkau akan melihat kelezatan padanya, oleh karena itu tujuan mempelajari ilmu pengetahuan adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri.
2. Tujuan utama  pendidikan adalah  pembentukan akhlak .Al-Ghazali mengatakan bahwa:
Tujuan murid mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang adalah kesempurnaan akhlak dan keutamaan jiwanya.
Tujuan murid mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang adalah kesempurnaan akhlak dan keutamaan jiwanya.
3. Tujuan pendidikan adalah untuk  mencapai  kebahagiaan dunia dan      akhirat.
Bagi Al-Ghazali menimba pengetahuan tidaklah semata-mata untuk tujuan akhirat, akan tetapi terdapat keseimbangan tujuan hidup termasuk kebahagiaan di dunia.
Bagi Al-Ghazali menimba pengetahuan tidaklah semata-mata untuk tujuan akhirat, akan tetapi terdapat keseimbangan tujuan hidup termasuk kebahagiaan di dunia.
Dan  sesungguhnya engkau mengetahui bahwa  hasil ilmu pengetahuan adalah  pendekatan diri pada Tuhan pencipta alam,  menghubungkan diri dan  berhampiran dengan ketinggian malaikat, demikian  itu adalah akhirat.  Adapun di dunia adalah kemuliaan, kebesaran,  pengaruh pemerintahan bagi  pemimpin Negara dan penghormatan menurut   kebiasaannya.
Untuk mencapainya sebuah tujuan dalam   pendidikan Islam, maka unsur dalam pendidikan itu haruslah dirumuskan   dengan baik. Program yang akan dijadikan rujukan dalam pelaksanaan   pendidikan Islam tentunya harus sinergis dengan tujuan yang ingin   dicapai, berdasarkan nilai-nilai Islam, termasuk tujuan manusia   diciptakan di muka bumi ini.
D.  Dasar Pelaksanaan  Pendidikan  Agama Islam
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di   Indonesia untuk SMA atau sekolah umum mempunyai dasar- dasar yang cukup   kuat. Dasar tersebut      dapat ditinjau dari segi yaitu: yuridis,   Hukum, Religius, dan Sosial psychologis.
Untuk selanjutnya dapat diketengahkan  satu persatu tentang  dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMA
1. Dasar dari segi yuridis/ hukum
Yang dimaksud dengan dasar dari segi yuridis/hukum ialah dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung ataupun secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah atau pun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.
Yang dimaksud dengan dasar dari segi yuridis/hukum ialah dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung ataupun secara tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah atau pun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.
Dasar ideal, yaitu  dasar yang bersumber  dari falsafah Negara Pancasila, dimana sila  pertama adalah Ketuhanan  Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa  seluruh bangsa Indonesia  harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,  atau tegasnya harus beragama.  Di dalam ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978  tentang P.4 (Eka Prasetia  Pancakarsa) disebutkan bahwa:
Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dam kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dam kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Untuk merealisir hal tersebut, maka di  perlukan adanya  pendidikan agama kepada anak-anak  karena tanpa adanya  pendidikan  agama, akan sulit terwujud sila pertama dari Pancasila  tersebut.
2. Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius agama dalam uraian ini, adalah dasar pelaksanaan pendidikan agama di SMA yang bersumber dari ajaran agama, dalam hal ini ajaran agama Islam.
Yang dimaksud dengan dasar religius agama dalam uraian ini, adalah dasar pelaksanaan pendidikan agama di SMA yang bersumber dari ajaran agama, dalam hal ini ajaran agama Islam.
Berkaitan dengan dasar agama dalam  pelaksanaan pendidikan  agama Islam, maka dasar pertama dan utama ialah  Al-Qur’an yang tidak  dapat diragukan lagi kebenarannya, karena di dalam  Al-Qur’an sudah  tercakup segala masalah hidup dan kehidupan manusia.  Sedangkan dasar  yang kedua adalah Hadist Rasulullah.
Dalam ayat Al-Qur’an dan Hadist  Rasulullah didapati petunjuk  tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam  antara lain:
1) Dalam surat At Tahrim ayat 6 berbunyi
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
2) Dalam surat  Ali Imran ayat 104 yang  berbunyi
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
Terjemahnya:
Dan hendaknya di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menerus kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar: merekalah orang-orang yang beruntung.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
Terjemahnya:
Dan hendaknya di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menerus kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar: merekalah orang-orang yang beruntung.
Di dalam Hadist Rasulullah SAW. didapati  juga petunjuk  tentang pelaksanaan tersebut, antara lain di sebutkan  dalam kisah
رَحْمَةُ اللهِ عَلىَ خَلَفَا ِفىْ قِـيْلَ : وَمَنْ خُلَفَاؤُكَ ، قَالَ : الَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ سُنَّـنِى وَيُعَلِّى نَـهَا عِبَادَ اللهِ
Artinya :
Rahmat Allah bagi seluruh pengganti-pengganti Ku Beliau SAW. Di tanya: siapakah pengganti-pengganti Tuan itu? Beliau SAW. Bersabda: mereka itu ialah orang-orang yang menghidupkan SunnahKu dan mengajarkan kepada hamba Allah (HR. Ibnu Adlbbarr).
رَحْمَةُ اللهِ عَلىَ خَلَفَا ِفىْ قِـيْلَ : وَمَنْ خُلَفَاؤُكَ ، قَالَ : الَّذِيْنَ يُحْيُوْنَ سُنَّـنِى وَيُعَلِّى نَـهَا عِبَادَ اللهِ
Artinya :
Rahmat Allah bagi seluruh pengganti-pengganti Ku Beliau SAW. Di tanya: siapakah pengganti-pengganti Tuan itu? Beliau SAW. Bersabda: mereka itu ialah orang-orang yang menghidupkan SunnahKu dan mengajarkan kepada hamba Allah (HR. Ibnu Adlbbarr).
Dengan demikian dapat di katakan bahwa   ayat dan hadits seperti yang di sebutkan di atas, memberikan pengertian   bahwa dalam ajaran agama Islam memang adalah perintah untuk  melaksanakan  pendidikan agama.
3.  Dasar dari segi sosial
Dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan kepada bimbingan dan petunjuk yang benar, yang bernilai mutlak untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di alam sesudah mati. Suatu yang mutlak pula, yaitu Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam. Untuk itulah yang bersifat pengasih dan penyayang memberikan suatu anugrah kepada manusia yang beragama.
Metodologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas, 2002 : 741 ) , berarti “ ilmu tetang metode; uraian tentang metode”. Sedangakan metode, menurut kamus yang sama ( 2002 : 740) , berarti : ”Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.
Sedangkan metode mengajar, Zuhairini dkk. ( 1981 : 68 ) memberikan definisi sebagai berikut: ”Metode mengajar adalah :
o merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan.
o merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
o merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan”.
Bertitik tolak dari pengertian metode mengajar tersebut, Zuhairini dkk. (1981 : 69) merumuskan pengertian Metodologi Pendidikan Agama Islam seperti berikut ini : “... segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagai aktivitas, baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah”.
Seorang guru dituntut untuk mampu memadukan berbagai metode yang relevan. Untuk pembelajaran shalat, misalnya, seorang guru harus mampu menggunakan metode ceramah, tanya jawab , latihan, serta harus memberi keteladanan bagi anak didiknya. Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Allah dan ibadah kepada-Nya. Karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru.
Seorang guru harus senantiasa membekali dirinya dengan berbagai kemampuan . Kemampuan intelektual dan metodologis, serta kepribadian dan akhlak mulia harus dimiliki seorang guru. Karena keteladanan mutlak harus dimiliki guru agar ia dapat berperan sebagaimana mestinya sebagai guru Pendidikan Agama Islam.
Karena pendidikan merupakan perintah Allah, maka Allah banyak memberikan petunjuk tentang masalah pendidikan ini. Surah Al-Alaq ayat 1 – 5 yang merupakan wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. sarat dengan petunjuk-Nya tentang pendidikan. Ayat pertama surah ini merupakan perintah membaca ( اِقْرَا ). Membaca merupakan salah satu aktivitas dalam pendidikan yang tidak dapat diabaikan, baik membaca yang tertulis maupun membaca fenomena alam yang tidak tertulis.
Erwati Aziz di dalam bukunya Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ( 2003 : 2 ), mengungkapkan bahwa para ahli pendidikan Islam, seperti Hasan Langgulung, Muhammad Fadhil Jamali, dan Fathiyah Hasan Sulaeman, senantiasa memasukkan wahyu pertama ini sebagai ayat pendidikan. Mereka juga mengemukakan bahwa gaya bahasa dan ungkapan ayat-ayat Al-Quran menunjukkan bahwa ia mengandung nilai-nilai metodologis yang beragam sesuai dengan sasaran yang dihadapinya.
Salah satu ayat yang sarat dengan nilai metodologis yaitu Surah An-Nahl ayat 125 :
اُدْعُ إِلَي سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
“Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik....” .
Bagian ayat اُدْعُ إِلَي سَبِيْلِ رَبِّكَ adalah mengajarkan agama,
sedang بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ itu adalah metode ( Abu Ahmadi, 1976 : 28 ).
Salah satu metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pembiasaan dan pengamalan ; sebuah metode yang diisyaratkan secara implisit di dalam Surah Al Alaq. Pada waktu turun wahyu tersebut perintah iqra diulang-ulang oleh Malaikat Jibril. Latihan dan pengulangan yang merupakan metode praktis untuk memahami suatu materi pelajaran termasuk dalam metode ini. Dalam pegamalan ajaran agama , pembiasaan ini sangat penting , karena bila sudah terbiasa melakukannya dengan baik sejak kecil akan sulit untuk berubah dari kebiasaan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan kepada bimbingan dan petunjuk yang benar, yang bernilai mutlak untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di alam sesudah mati. Suatu yang mutlak pula, yaitu Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam. Untuk itulah yang bersifat pengasih dan penyayang memberikan suatu anugrah kepada manusia yang beragama.
Metodologi Pendidikan Agama Islam
Metodologi merupakan hal yang sangat penting dalam Pendidikan Agama Islam ( PAI ). Metode adalah suatu cara mengajar, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semakin baik metode yang digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuannya. Dalam metode mangajar, faktor guru, siswa, bahan yang akan diajarkan, situasi, sarana, prasarana, serta fasilitas-fasilitas lainnya sangat besar pengaruhnya. Dengan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam penggunaan suatu metode, maka sebenarnya cukup sulit bagi seorang guru untuk menetapkan metode yang paling baik dan harus dipakai di dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar pembelajaran tersebut berhasil.Metodologi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas, 2002 : 741 ) , berarti “ ilmu tetang metode; uraian tentang metode”. Sedangakan metode, menurut kamus yang sama ( 2002 : 740) , berarti : ”Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.
Sedangkan metode mengajar, Zuhairini dkk. ( 1981 : 68 ) memberikan definisi sebagai berikut: ”Metode mengajar adalah :
o merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan.
o merupakan alat mencapai tujuan, yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
o merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan”.
Bertitik tolak dari pengertian metode mengajar tersebut, Zuhairini dkk. (1981 : 69) merumuskan pengertian Metodologi Pendidikan Agama Islam seperti berikut ini : “... segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan agama, dengan melalui berbagai aktivitas, baik di dalam maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah”.
Seorang guru dituntut untuk mampu memadukan berbagai metode yang relevan. Untuk pembelajaran shalat, misalnya, seorang guru harus mampu menggunakan metode ceramah, tanya jawab , latihan, serta harus memberi keteladanan bagi anak didiknya. Menurut ajaran Islam, melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Allah dan ibadah kepada-Nya. Karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh guru.
Seorang guru harus senantiasa membekali dirinya dengan berbagai kemampuan . Kemampuan intelektual dan metodologis, serta kepribadian dan akhlak mulia harus dimiliki seorang guru. Karena keteladanan mutlak harus dimiliki guru agar ia dapat berperan sebagaimana mestinya sebagai guru Pendidikan Agama Islam.
Karena pendidikan merupakan perintah Allah, maka Allah banyak memberikan petunjuk tentang masalah pendidikan ini. Surah Al-Alaq ayat 1 – 5 yang merupakan wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. sarat dengan petunjuk-Nya tentang pendidikan. Ayat pertama surah ini merupakan perintah membaca ( اِقْرَا ). Membaca merupakan salah satu aktivitas dalam pendidikan yang tidak dapat diabaikan, baik membaca yang tertulis maupun membaca fenomena alam yang tidak tertulis.
Erwati Aziz di dalam bukunya Prinsip-prinsip Pendidikan Islam ( 2003 : 2 ), mengungkapkan bahwa para ahli pendidikan Islam, seperti Hasan Langgulung, Muhammad Fadhil Jamali, dan Fathiyah Hasan Sulaeman, senantiasa memasukkan wahyu pertama ini sebagai ayat pendidikan. Mereka juga mengemukakan bahwa gaya bahasa dan ungkapan ayat-ayat Al-Quran menunjukkan bahwa ia mengandung nilai-nilai metodologis yang beragam sesuai dengan sasaran yang dihadapinya.
Salah satu ayat yang sarat dengan nilai metodologis yaitu Surah An-Nahl ayat 125 :
اُدْعُ إِلَي سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
“Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik....” .
Bagian ayat اُدْعُ إِلَي سَبِيْلِ رَبِّكَ adalah mengajarkan agama,
sedang بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ itu adalah metode ( Abu Ahmadi, 1976 : 28 ).
Salah satu metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah pembiasaan dan pengamalan ; sebuah metode yang diisyaratkan secara implisit di dalam Surah Al Alaq. Pada waktu turun wahyu tersebut perintah iqra diulang-ulang oleh Malaikat Jibril. Latihan dan pengulangan yang merupakan metode praktis untuk memahami suatu materi pelajaran termasuk dalam metode ini. Dalam pegamalan ajaran agama , pembiasaan ini sangat penting , karena bila sudah terbiasa melakukannya dengan baik sejak kecil akan sulit untuk berubah dari kebiasaan tersebut.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar